Implementasi Problem Based Learning pada Materi Bunga Majemuk dan Pinjaman Digital
Sebagai
guru Matematika pada Konsentrasi Keahlian Bisnis Digital, saya
mengimplementasikan pembelajaran dengan Model Problem Based Learning (PBL)
pada materi bunga majemuk, anuitas, dan pinjaman digital. Pembelajaran ini
dilakukan di kelas XI BD 1 dan XI BD 2, dengan pendekatan berbasis kasus
nyata yang dekat dengan dunia digital siswa.
1. Latar Belakang
Materi pinjaman digital, pay
later, bunga majemuk, dan denda keterlambatan merupakan kompetensi penting bagi
siswa Bisnis Digital karena berkaitan langsung dengan transaksi e-commerce dan
finansial sehari-hari.
Untuk itu saya menyusun RPP
dan LKPD berbasis masalah menggunakan contoh nyata Shopee PayLater dan Kredivo,
agar siswa mampu menganalisis cicilan, bunga, serta risiko keuangan digital
secara kritis.
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
a. Tugas LKPD Dikerjakan
Secara Kelompok (2–3 Orang)
Siswa dibagi menjadi
kelompok kecil berisi 2 sampai 3 siswa. Dalam kelompok, mereka:
- membaca dan memahami konteks kasus,
- menyelesaikan perhitungan bunga
majemuk dan cicilan,
- menganalisis risiko pinjaman
digital,
- serta menyiapkan argumen untuk
dipresentasikan.
Pembelajaran kelompok kecil
ini membuat siswa lebih fokus, aktif, dan saling melengkapi kemampuan satu sama
lain.
b. Kolaborasi Berjalan
Natural dan Dinamis
Meskipun tugas bersifat
terstruktur, pola kerja siswa berkembang secara natural:
- Anggota kelompok berdiskusi tanpa
perlu diarahkan,
- saling bertukar pendapat terkait
rumus dan hasil hitungan,
- beberapa kelompok menggunakan
internet untuk melihat simulasi bunga,
- dan sebagian siswa menunjukkan
inisiatif memeriksa informasi dari OJK.
Diskusi berjalan hidup dan
sesuai karakter PBL yang mendorong kolaborasi dan pemecahan masalah.
c. Guru sebagai Fasilitator
Beberapa kelompok
membutuhkan bimbingan lebih, terutama saat:
- menentukan rumus yang tepat,
- membandingkan dua sistem cicilan,
- dan mengambil keputusan finansial
berdasarkan data.
Saya memberikan arahan
melalui pertanyaan pemantik dan klarifikasi konsep, namun tetap menjaga
kemandirian kelompok.
3. Respons dan Aktivitas
Siswa
Pelaksanaan pembelajaran
menunjukkan hasil yang sangat positif:
- Siswa aktif dalam menghitung,
berdiskusi, dan menyimpulkan.
- Setiap kelompok mampu menyelesaikan
LKPD sesuai alur PBL.
- Interaksi antar siswa terlihat
hidup, terarah, dan produktif.
- Suasana kelas sangat kondusif untuk
kolaborasi dan pemikiran kritis.
- Siswa tampak antusias karena
masalah yang dipelajari sangat dekat dengan dunia digital mereka.
4. Dampak dan Hasil
Pembelajaran
a. Kemampuan Berpikir Kritis
Meningkat
Siswa mampu:
- membandingkan cicilan SPayLater dan
Kredivo,
- menjelaskan alasan matematis atas
pilihan yang mereka anggap lebih ringan,
- memahami dampak denda dan bunga
terhadap total pembayaran.
b. Literasi Keuangan Digital
Semakin Kuat
Siswa memahami:
- risiko fitur pay later jika tidak
dikelola dengan baik,
- pentingnya layanan fintech legal
yang diawasi OJK,
- cara menghindari jebakan utang
digital.
c. Kolaborasi Siswa
Terbangun Baik
Tugas kelompok 2–3 orang
terbukti efektif:
- semua anggota terlibat,
- tidak ada siswa yang pasif karena
kelompok kecil lebih mudah mengelola partisipasi,
- ide dan peran setiap anggota dapat
terlihat jelas.
5. Kesimpulan Praktik
Baik
Implementasi PBL dengan
tugas kelompok kecil (2–3 orang) pada materi bunga majemuk dan pinjaman digital
memberikan hasil yang sangat signifikan:
- pembelajaran lebih hidup,
- kolaborasi berkembang natural,
- pemahaman konsep meningkat,
- dan siswa menunjukkan kemampuan
analisis serta literasi finansial digital yang lebih baik.
Praktik baik ini dapat
menjadi contoh bahwa pembelajaran matematika yang dikontekstualkan dengan
kehidupan digital dapat membuat siswa lebih antusias dan memahami materi secara
mendalam.

Posting Komentar untuk "Implementasi Problem Based Learning pada Materi Bunga Majemuk dan Pinjaman Digital"