Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ethnomatematika dalam budaya “Bibien”

Matematika kerap menjadi bidang ilmu yang dianggap sulit dan membosankan oleh siswa. Padahal, matematika bisa diajarkan dengan mudah kepada siswa melalui penerapan kearifan lokal di masyarakat. Metode yang bisa mengakomodasi hal tersebut adalah etnomatematika. etnomatematika merupakan kajian yang mengaitkan hubungan antara matematika dan budaya. Konsep ini dinilai lebih mudah diterapkan untuk pengajaran matematika kepada siswa.

Budaya Bibien adalah budaya yang terdapat di daerah Bondowoso. Tradisi yang masih dilakukan warga sampai saat ini untuk menyambut Lebaran. Tradisi bibien merupakan tradisi berburu nasi bungkus. Biasanya, sejumlah warga akan menyediakan nasi bungkus di depan rumah. Nasi bungkus tersebut boleh diambil oleh siapapun, tidak memandang usia maupun status sosial. Pemburu nasi bungkus kerap kali didominasi anak-anak kecil. Biasanya anak-anak setelah berburu mereka berbuka Bersama dengan bungkusan bibien yang mereka peroleh.

Nasi bungkus yang dibagikan ini jumlahnya beragam, ada yang 7 bungkus, 9 bungkus, 11 bungkus, 13 bungkus atau lebih yang pasti selalu berjumlah ganjil atau dalam matematika Sn = 2n – 1. Nasi bungkus ini berisi nasi dan bermacam-macam lauk khas pedesaan misalnya ikan teri, tahu, tempe dan sayur urap-urap. Hal ini yang menjadi tradisi ini disukai oleh anak-anak.

Menurut warga setempat tradisi ini memang sudah berlangsung lama namun belum diketahui asal usulnya mengapa harus ganjil. Mereka hanya diberitahu jika jumlahnya harus ganjil oleh leluhur mereka. Konon budaya ini berawal dari budaya untuk saling berbagi dengan sesama yang sedang berpuasa. Budaya bibien ini dilakukan setiap tanggal 27 Ramadhan.

Jika kita lihat dari jumlah nasi bungkus yang berjumlah ganjil (Sn = 2n – 1) ini merupakan konsep matematika dalam budaya (ethnomatematika). Jika dikaji lebih jauh anak-anak kecil yang berburu bibien juga belajar dari budaya ini, misalnya terdapat 10 orang yang membagikan bibien dengan masing-masing 9 nasi bungkus, jika terdapat 15 anak kecil yang berburu bibien maka setiap anak akan mendapatkan (9 x 10 / 15) nasi bungkus atau sama dengan 6 nasi bungkus setiap anak. Jika mereka mendpatkan lebih dari 6 hal itu berarti ada orang yang membagikan lebih dari 9 bungkus dan jika ada yang kurang mungkin ada yang hanya berbagi 7 bungkus. Jadi anak dapat belajar berhitung dari tradisi berburu bibien ini.


10 komentar untuk "Ethnomatematika dalam budaya “Bibien”"

  1. Saya jadi bisa belajar juga dari sini

    BalasHapus
  2. Seru-seruan dengan teman, sambil belajar matematika, kerennn Pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya bu, tapi anak2 fokusnya makan malahan hahaha

      Hapus
  3. Pokoknya yang gratis gratis pasti senang anak-anak...Sebanyak-banyaknya harus menemukan nasi-nasi itu.hehehe. Keren Pak... dengan biebien ternyata ada pelajaran matematika.

    BalasHapus