Taksonomi SOLO dalam Pembelajaran Mendalam
SOLO, yang merupakan singkatan dari Structure of
Observed Learning Outcomes (struktur hasil
belajar yang diamati), menyediakan cara yang sistematis menggambarkan bagaimana kinerja pembelajar tumbuh dalam
kompleksitas ketika menguasai banyak tugas akademik. Hal ini
dapat digunakan untuk menentukan program hasil
belajar, dan untuk mengevaluasi hasil belajar sehingga kita bisa tahu pada
tingkat apa individu
siswa benar-benar dicapai
(Biggs dan Tang, 2011: 87). Taksonomi SOLO terdiri dari lima level, yaitu prastruktural, unistruktural,
multistruktural, relasional, dan extended abstrak (Biggs dan
Tang, 2011: 88-90). Penjelasan tentang level pemahaman siswa dapat dilihat pada
tabel berikut
No |
Level
Pemahaman |
Deskripsi
(Biggs) |
Karakteristik |
Aktifitas
Yang Diharapkan |
1 |
Pre Struktural |
Siswa belum memahami |
·
Mengumpulkan informasi dari item yang
tak dikenal ·
Tidak ada pengorganisasian informasi ·
Tak bermakna ·
Tidak menunjukkan pemahaman ·
Terdapat poin yang hilang |
Tidak ada |
2 |
Uni Struktural |
Siswa belajar satu
aspek yang relevan dari
keseluruhan aspek |
·
Koneksi
yang dibuat, sederhana dan jelas ·
Berfokus pada satu aspek ·
Informasi masih memiliki sedikit makna ·
Nilai dan makna jelas ·
Tingkat kongkrit ·
Tidak perlu reduksi |
·
Mengidentifikasi konten untuk
dihafalkan, menunjukkan contoh ·
Memberikan konteks disiplin ·
Mnemonik dalam kelompok ·
Pengulangan prosedur ·
Game ·
Pengujian berulang-ulang dan
pencocokan ·
Pengujian satu siswa bertanya, satu
jawaban |
3 |
Multi Struktural |
Siswa belajar beberapa aspek independen
yang relevan dari keseluruhan aspek |
·
Beberapa
koneksi dibuat ·
Fokus
pada beberapa aspek ·
Meta-koneksi
·
Beberapa
disorganisasi dan keterasingan dari konsep terkait ·
Signifikansi
bagian untuk keseluruhan |
·
Glosari
istilah kunci dengan definisi, klasifikasi contoh untuk membangun kosa kata ·
Latihan
di laboratorium sederhana ·
Mendefinisikan
istilah, dibandingkan dengan glossary ·
Permainan
dimodelkan pada Trivial Pursuit, Family Feud |
4 |
Relasional |
Siswa belajar untuk mengintegrasikan beberapa aspek yang berbeda ke dalam struktur, Siswa juga belajar beberapa aspek independen yang relevan dari keseluruhan aspek |
·
Beberapa
meta-koneksi ·
Sambungan
antara fakta dan teori, perilaku dan tujuan ·
Memahami
dan integrasi signifikansi bagian satu sama lain, dan bagian untuk
keseluruhan ·
Mampu
menerapkan beberapa situasi masalah umumnya dianggap cukup untuk diakhiri |
·
Studi
kasus, simulasi dan latihan laboratorium yang kompleks ·
Peta
konsep ·
Proyek
Penelitian dan siklus pengalaman belajar ·
Penerapan
model teoritis ·
Jurnal
reflektif ·
Seminar
siswa dan perdebatan ·
Sindikat
kelompok (masing-masing kelompok adalah bagian dari keseluruhan) |
5 |
Extended
Abstrak |
Siswa
dapat menggeneralisasi apa yang mereka pelajari ke dalam pengetahuan yang
baru |
·
Koneksi dengan informasi lain dalam
dan di luar program ·
Generalisasi dan abstraksi dari
prinsip-prinsip dan asumsi yang mendasari ·
Transfer ke pengalaman baru dan
masalah tak terduga |
·
Proyek Self-directed yang melibatkan penelitian, desain, aplikasi,
argumentasi, evaluasi ·
Studi kasus yang melibatkan analisis
yang ekstensif, debat, refleksi, argumentasi, evaluasi, peramalan ·
Pengembangan teori atau model ·
Siklus pembelajaran Experiential ·
Pembelajaran Berbasis Masalah dan
pembelajaran Inquiry ·
Pengajaran |
Model taksonomi ini dipandang sangat menarik untuk diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, karena disamping bersifat hirarkis juga menuntut kemampuan siswa memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian serta mampu mengaitkan beberapa jawaban atau penyelesaian tersebut. Taksonomi ini memberikan peluang pada siswa untuk selalu berpikir alternatif (kemampuan pada level multistruktural), membandingkan antara suatu alternatif dengan alternatif yang lain (kemampuan pada level relasional), serta memberikan peluang pada siswa untuk mampu memberikan suatu yang baru dan berbeda dari biasanya (kemampuan pada level extended abstrak). Artinya taksonomi ini selain mangakomodasi tujuan langsung juga mampu mengakomodasi tujuan dan menuntut siswa pada kemampuan kognitif tingkat tinggi.
Taksonomi
SOLO sangat efektif untuk mengetahui tingkat
hirarki dan transisi
dari pengetahuan
siswa serta antara pengetahuan dan proses evaluasinya (Padiotis dan
Micropoulos, 2010: 238). Biggs dan Tang, (2011: 123) menyajikan
kata kerja yang dapat digunakan dalam menentukan level pemahaman berdasar
taksonomi SOLO, seperti yang terdapat pada Tabel berikut
LEVEL
PEMAHAMAN |
KATA KERJA |
Unistruktural |
menghafal, mengidentifikasi, mengenali,
menghitung, mendefinisi, menggambar, menemukan, melabeli, bertanding,
menamai, mengutip, mengingat, membaca, menertibkan, mengatakan, menulis,
meniru |
Multistruktural |
mengklasifikasikan,
menjelaskan, mendaftar, melaporkan, mendiskusikan, mengilustrasikan, memilih,
menceritakan, menghitung, mengurutkan, membuat garis besar, memisah |
Relasional |
menerapkan, mengintegrasikan,
menganalisis, menjelaskan, memprediksi, menyimpulkan, meringkas
(mengikhtisarkan), mereview, berpendapat, mentransfer, membuat rencana,
menentukan ciri, membandingkan, mengkontraskan, membedakan, mengatur,
berdebat, membuat kasus, membangun, mereview dan menulis kembali, memeriksa,
menerjemahkan, membuat parafrase, memecahkan masalah |
Ekstended
Abstrak |
berteori,
berhipotesis, menggeneralisasi, merefleksi, menghasilkan, membuat, menulis,
menciptakan, berasal, membuktikan dari prinsip-prinsip awal, membuat kasus
awal, memecahkan dari prinsip pertama. |
Berdasarkan beberapa hal yang dikemukakan, peneliti menyimpulkan bahwa taksonomi SOLO merupakan klasifikasi pemahaman siswa dalam menyelesaikan/memecahkan masalah matematika dengan memperhatikan karakteristik kelima level pada taksonomi SOLO, yaitu level prestruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan extended abstrak. Deskripsi kelima level tersebut adalah sebagai berikut:
1. Level prestruktural
Siswa belum memahami soal yang diberikan sehingga cenderung tidak memberikan jawaban.
2. Level unistruktural
Siswa menggunakan sebagian informasi yang jelas dan langsung dari soal sehingga dapat menyelesaikan soal dengan sederhana dan tepat.
3. Level multistruktural
Siswa menggunakan dua bagian informasi atau lebih dari soal yang diberikan untuk menyelesaikan soal dengan tepat tetapi tidak dapat menghubungkannya secara bersama-sama.
4. Level relasional
Siswa berpikir dengan menggunakan dua bagian informasi atau lebih dari soal yang diberikan dan menghubungkan informasi-informasi tersebut untuk menyelesaikan soal yang diberikan dengan tepat dan dapat menarik kesimpulan.
5. Level extended abstrak
Siswa berpikir induktif dan deduktif, menggunakan dua bagian informasi atau lebih dari soal yang diberikan dan menghubungkan informasi-informasi tersebut kemudian menarik kesimpulan untuk membangun suatu konsep baru dan menerapkannya.
Daftar Rujukan
Biggs, J. dan
Tang, C. (2011). Teaching for Quality
Learning at University: What the Student Does (4th edition). New York: Open
University Press.
Padiotis, I., dan
Micropoulos, T.A., (2010). Using SOLO to Evaluate an Educational Virtual
Environment in a Technology Education Setting. Educational Technology & Society, (Online), Vol. 13 (3):
233–245 (http://e-resources.pnri.go.id), diakses 18 Maret 2014
Posting Komentar untuk "Taksonomi SOLO dalam Pembelajaran Mendalam"